Sastra Jiwa

Senandung Kaki Gunung Salak

IMG_9208.JPG

Ini adalah hari-hari Tatkala KEIKHLASAN, KETAATAN dan KESABARAN sangat penting dibahas…

Hari-hari lalu kami belajar pada POHON PINUS. Strobilus Hijaunya siap diberikan untuk sekedar melepas dahaga.

aliran getahnya menjadi pemicu Tumbuhnya api untuk hangatkan tubuh, daun-daun tipisnya berguguran ke tanah dalam jumlah yang banyak mampu membuat punggung merasakan empuk.

Tubuhnya Menjulang tinggi ke atas, bukan karena ingin dilihat oleh sesama Makhluk, karena sampai hari usai saya tak pernah berhasil melihat keseluruhan POHON PINUS, setidaknya Ia selalu menyembunyikan bagian puncaknya.

Dari sini kami tahu Bahwa Ia tumbuh besar dan tinggi hanya dalam rangka bertemu RobbNya.

Barangkali ini tamsil KEIKHLASAN yang sering disampaikan para kekasih Allah……

Pada Hari selanjutnya…
Aku saksikan Rerumputan hijau bersemai di kisaran kaki gunung salak..
Ratusan manusia yang sedang belajar makna KETAATAN dengan degup jantung terengah-engah menginjak-injak dirinya begitu saja.

Aneh..
Aku sama sekali tak mendengar Riuh ragu bahkan marah dari barisan rumput yang tubuhnya terkoyak sejadi-jadinya akibat tergilas boot maupun sepatu gunung..

Ia Teduh dan tenang dalam syahdunya Waktu.

Aahh aku baru paham, Rumput memang Allah atur untuk ditaruh dibawah dengan segala resiko, tergilas atau bahkan dimakan ternak.

Dari Keteduhan dirinya, Aku Belajar makna KETAATAN sebagai makhluk Allah.

Untuk Makna KESABARAN..
Adakah yang lebih sabar dibandingkan tanah basah kaki gunung salak yang hampir nihil mendapatkan cahaya matahari?

Tanya kenapa?
Pasalnya Ia tidak pernah tumbuh Tinggi seperti POHON PINUS..
Ia juga harus menjadi tempat berpijak RUMPUT..

Bahkan kelak Ia akan menjadi Tempat Istirahat Terakhir Ratusan Manusia yang dini hari menginjak-injak dirinya saat Hujan bertubi-tubi melengserkan dirinya.

Allah Ya Kariim…
Sungguh Kami tak lebih Paham ketimbang MakhlukMU si POHON PINUS, RERUMPUTAN dan TANAH di kaki Gunung Salak.

@jeehadielbanna

2 Mei 2016
Selatan Jakarta